JATI DIRI DAN SIFAT KEPEMIMPINAN KRESNA 15: PERMUSUHAN NARAYANA DENGAN KANGSA

Gambar ilustrasi: Dewi Maherah yang sedang hamil tua tidak jadi dibunuh oleh
Harya Prabu Rukma. Ia ditolong Bagawan Anggawangsa
dan diajak ke pertapaan Wisarengga. (karya herjaka HS 2008). Gambar ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-15-permusuhan-narayana-dengan-kangsa/

Jati Diri Kepemimpinan Kresna (15) Permusuhan Narayana dengan Kangsa

Kresna banyak terlibat dalam beberapa cerita, berkedudukan sebagai tokoh sampingan, tokoh pelengkap dan tokoh utama. Berikut ini beberapa cerita yang melibatkan Kresna sabagai tokoh utama. Cerita permusuhan Narayana dengan Kangsa dimuat dalam beberapa cerita atau lakon. Antara lain dalam cerita Kangsadewa, Kangsa Adu Jago dan Kangsa Adu-adu. Isi ketiga cerita itu hampir sama, yaitu cerita sejak Kangsa merebut atau meminta Kerajaan Mandura dari kekuasaan Basudewa. Kemudian kerajaan itu berhasil direbut kembali oleh Kakrasana (nama Baladewa sewaktu muda) dan Narayana (nama Kresna sewaktu muda). Isi ringkas yang dimuat dalam cerita Kangsadewa sebagai berikut:

Pada suatu ketika Raja Basudewa pergi berburu ke Hutan Kumbina. Sepeninggal raja ke hutan, datanglah raja Gorawangsa dari Negara Guwabarong yang menyamar wujud Basudewa masuk ke istana Mandura. Basudewa palsu tersebut berhasil memikat isteri Basudewa asli yang bernama Maherah.

Dikisahkan bahwa Basudewa yang sedang dalam medan perburuan di hutan berhasil membunuh harimau putih dan naga. Namun hati Sang Raja merasa tidak enak, lalu menyuruh Harya Prabu Rukma kembali ke istana untuk menyelidiki jika ada hal-hal yang tidak beres. Ternyata benar apa yang dikhawatirkan Raja Basudewa. Istana keputrian kemasukan penjahat yang menyamar sebagai Basudewa dan berhasil menggauli Maherah. Basudewa palsu berhasil dimusnahkan oleh Harya Prabu Rukma sehingga kembali berwujud Gorawangsa.

Harya Prabu Rukma kembali ke hutan Kumbina, melapor peristiwa yang terjadi di istana. Setelah mengerti perbuatan Gorawangsa dengan Maherah, raja Basudewa menyuruh agar Maherah dibunuhnya. Harya Prabu Rukma mendapat tugas untuk membunuhnya. Maherah dibawa ke hutan. Namun setelah sampai di hutan, Harya Prabu Rukma tidak sampai hati membunuh Maherah, lalu ditinggalkannya ia di tengah hutan.

Sepeninggal Harya Prabu Rukma, Bagawan Anggawangsa datang dan membawa Maherah ke Pertapaan Wisarengga. Di pertapaan, Maherah melahirkan bayi laki-laki berujud raksasa. Setelah melahirkan, Dewi Maherah meninggal dunia. Bayi itu diberi nama Kangsa, yang dipelihara sampai dewasa.

Setelah dewasa Kangsa menanyakan ayahnya kepada Bagawan Anggawangsa. Sang Begawan menerangkan bahwa Kangsa adalah anak Maherah, isteri raja Mandura. Diceritakan bahwa ibu Kangsa meninggal setelah melahirkan, dan Kangsa dipungut oleh Bagawan Anggawangsa. Kemudian Kangsa diminta pergi ke Mandura.

Suratimantra yang berkuasa di Guwabarong hendak membalas kematian Gorawangsa, ingin menghancurkan kerajaan Mandura. Ia kemudian menyiapkan prajurit untuk menyerang kerajaan Basudewa.

Kangsa sampai di Gowardana dan berjumpa dengan Ugrasena. Kangsa berkata ingin menghadap raja Basudewa. Dengan kata-kata manis Ugrasena berjanji akan menghantar Kangsa menghadap raja, tetapi diminta supaya mengusir musuh yang menyerang kerajaan Mandura. Kangsa menyanggupinya. Ia lalu pergi melawan perajurit Suratimantra. Setelah Suratimantra tahu yang dihadapi Kangsa, ia mengira Kangsa adalah anak Gorawangsa. Suratimantra menyerah tanpa berperang, lalu dibawa menghadap Basudewa. Ugrasena bercerita tentang musuh yang datang dan pimpinan perajurit bernama Suratimantra menyerah kalah. Basudewa gentar menghadapi Kangsa. Kangsa diaku anak dan dinobatkan menjadi Adipati Sengkapura bergelar Kangsadewa, sedangkan Suratimantra diangkat menjadi patih di Sengkapura.

Adipati Kangsadewa tahu bahwa raja Basudewa mempunyai tiga anak bernama Kakrasana, Narayana dan Bratajaya. Mereka diasuh oleh Demang Antagopa dan Nyai Sagopi di Widarakandang. Adipati Kangsadewa menyuruh Kala Akura dan para prajurit untuk menyerang Widarakandang, dan menangkap tiga anak Basudewa.

Prajurit Sengkapura yang dipimpin oleh Kala Akura menyerang Widarakandhang. Kebetulan Kakrasana dan Narayana sedang pergi ke pertapaan. Demang Anantagopa ditangkap dan dibunuh, namun Bratajaya dan Larasati berhasil dibawa lari oleh Nyai Sagopi. Nyai Sagopi, Bratajaya dan Larasati berjumpa Arjuna. Mereka minta perlindungan. Raksasa yang mengejar mereka musnah oleh Arjuna. Setelah bebas dari serangan raksasa mereka sepakat untuk mencari Kakrasana dan Narayana.

Kangsadewa ingin merebut tahta kerajaan Mandura. Suratimantra menyarankan agar mengajak mengadu manusia. Suratimantra sanggup menjadi jago, dan taruhannya negara. Kangsadewa menyetujui usul Suratimantra, lalu berkirim surat kepada raja Basudewa. Dalam surat itu Kangsadewa mengajak mengadu jago, taruhannya negara. Basudewa gentar menghadapi Kangsadewa, sehingga tanpa dipertimbangkan permintaan Kangsadewa disanggupinya. Harya Prabu Rukma diminta pergi mencari jago. Harya Prabu Rukma menyanggupinya, lalu mohon pamit akan mencari anak Pandhu. Di tengah perjalanan ia berjumpa dengan Bratasena yang sedang mencari Arjuna. Bratasena dibujuk oleh Harya Prabu Rukma untuk menjadi jago melawan Suratimantra. Bratasena pun sanggup diajak ke Mandura.

R.S. Subalidinata (Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-15-permusuhan-narayana-dengan-kangsa/).