Jati Diri Kepemimpinan Kresna (14) Perkawinan Narayana dengan Jembawati
Para Pandhawa hidup menyamar di Wanamarta. Yudhisthira menyamar sebagai brahmana Dwijakangka, Bima menjadi algojo bernama Jagalbilawa, Arjuna menjadi guru tari bernama Kandhiwratnala, Nakula menjadi pemelihara kuda bernama Pinten atau Dama, Sadewa menjadi gembala bernama Tangsen atau Granti. Mereka membuka hutan bersama-sama atas perintah dan ijin Raja Wiratha. Di tengah hutan Arjuna ditemui oleh Bathara Kamajaya dan Dewi Ratih. Ia diberi tahu bahwa penyamaran Pandhawa telah diketahui oleh Korawa. Arjuna harus berhati-hati. Kemudian Bathara Kamajaya dan Dewi Ratih kembali ke Cakrakembang.
Arjuna bersama panakawan mengelana di hutan. Mereka bertemu dengan Narayana dan Udawa. Narayana bercerita tentang tapanya di tepi Bengawan Kantha, dan telah memperoleh wahyu, anugerah Sang Hyang Jagadpratingkah. Narayana hendak melanjutkan perjalanan ke Gandamadana, hendak menolong Resi Jembawan yang menderita sedih. Arjuna heran mendengar keinginan Narayana. Narayana bercerita, sejak akan bertapa ia telah melamar Jembawati, anak sang resi itu. Sekarang Jembawati hilang, mungkin dibawa lari oleh Raja Trisancaya, raja negara Sriwedari. Meskipun Jembawati telah dilamar oleh Narayana, tetapi Resi Jembawan dan Trijatha ingin memberikan Jembawati kepada raja Trisancaya, sebab ia pernah berhutang budi. Narayana mengajak Arjuna untuk mencari Jembawati. Arjuna menyanggupi. Udawa disuruh kembali ke Widarakandhang untuk memberi tahu kepada Kakrasana.
Narayana dan Arjuna tiba di negara Sriwedari. Mereka masuk ke taman. Raja Trisancaya sedang merayu Jembawati. Jembawati tidak menyambut cinta Raja Trisancaya. Ia menyiapkan keris di tangan. Bila dijamah ia ingin bunuh diri. Raja Trisancaya amat kecewa, lalu berusaha menakut-nakuti Jembawati. Setelah tidak berhasil Raja Trisancaya pergi. Seorang abdi perempuan ditugaskan untuk menungguinya.
Raja Trisancaya menemui Patih Pramastha, minta agar dicarikan harimau putih untuk menakut-nakuti Jembawati. Narayana mengetahui rencana raja itu. Ia lalu menyamar, berubah wujud menjadi harimau putih. Arjuna diminta menjadi gembala harimau itu. Harimau berjalan di hutan dikawal oleh Arjuna. Mereka berjumpa dengan Patih Prawastha dan pegawai istana. Arjuna pun ditanya nama dan asal harimau itu. Arjuna menjelaskan bahwa harimau itu bernama Narasinga, binatang peliharaan Basudewa, raja Mandura. Harimau diminta untuk Raja Trisancaya, dan akan diminta bantuan supaya membujuk Jembawati agar mau menjadi permaisuri raja. Arjuna menyanggupinya. Arjuna dan Narasinga dibawa masuk ke kerajaan Sriwedari.
Harimau dan Arjuna diterima oleh sang raja. Arjuna diminta untuk mengajarkan tari kepada isteri selir Raja Trisancaya dan adik raja bernama Ambarwati. Narasinga ditugaskan membujuk Jembawati, supaya bersedia menjadi permaisuri raja.
Jembawati sedang asyik berbicara dengan para abdi. Tiba-tiba melompatlah harimau putih mendekatinya. Jembawati dan para abdi berteriak ketakutan tetapi mereka tidak mau lari. Jembawati bahkan ingin mati dimakan harimau karena ia tidak mau diperisteri Raja Trisancaya. Narasinga mengerang dan menyapanya. Jembawati heran lalu mendatangi harimau itu dengan tenang. Ia semakin heran setelah Narasinga bersikap seperti manusia. Narasinga ditanya alasan kehadirannya ke Sriwedari. Dijawab olehnya bahwa ia ingin mengabdi raja. Raja Trisnancaya dipuji dan disanjungnya. Dikatakan sang raja sungguh baik hati, ambek paramarta. Sungguh bahagia puteri yang diangkat menjadi permaisuri raja. Jembawati menjawab, ia tidak ingin diperisteri sang raja. Lebih baik mati daripada melayani sang raja. Narasinga meyalahkan sikap Jembawati yang demikian itu. Bila Jembawati menginginkan tanpa selir, Narasinga sanggup mengusulkan agar selir raja diusir dari istana. Jembawati tidak ingin mengusir para selir, tetapi ia juga tidak mau diperisteri raja, sebab ia telah bertunangan kepada Narayana. Narasinga menanggapi bahwa Narayana adalah seorang pemuda jelek, bukan keturunan raja. Ia keturunan orang hina, anak Antagopa di Desa Widarakandang, pekerjaannya menggembala ternak. Sedang Trisancaya adalah keturunan raja yang berkuasa di Ngalengka. Bukankah Jembawati itu cucu Wibisana, Raja Singgelapura. Sudah selayaknya bila Jembawati menjadi isteri Trisancaya. Sangat keliru bila ingin bersuami Narayana penggembala kambing itu. Jembawati menjawab bahwa cintanya kepada Narayana bermodal cinta sejati. Ia tidak mau bermuka dua, lebih baik mati bila urung bersuami Narayana. Narasinga melanjutkan kata-kata bujukannya. Ia mengaku lebih mengerti asal-usul Narayana, dan mengaku abdi tersayang di kerajaan Mandura. Disarankan agar Jembawati mau diperisteri Raja Trisancaya, agar kelak tdak menyesal, sebab Narayana tidak mungkin membahagiakan hidupnya. Jembawati tetap pada pendiriannya. Ia ingin bersuami Narayana meskipun bukan raja, dan ia tidak ingin minta segala sesuatu kepadanya. Sungguh besar cinta
Jembawati kepada Narayana, tidak mungkin terbeli dengan emas dan kekayaan. Narasinga terlihat marah. Ia berkata akan menelannya, akan memakan tulang-tulangnya dan meminum darahnya.
Narasinga mengerang. Para abdi ketakutan, menangis dan meminta agar tuan puterinya mau diperisteri Raja Trisancaya. Jembawati tetap tenang dan berkata kepada Narasinga bahwa ia ikhlas dimakan, sebab sudah demikian itu tekadnya. Namun sebelum dimakan ia berpesan agar Narasinga memberi tahu kepada Narayana bahwa cintanya kepada Narayana tidak luntur oleh keduniawian dan bahaya yang datang dari kerajaan Sriwedari, tidak akan gugur karena jasa-jasa Raja Trisnancaya kepada ayahnya. Cinta kasihnya kepada Narayana tidak akan pudar oleh ancaman harimau yang amat buas. Jembawati minta ijin akan bersemedi sebelum dimakan harimau itu. Selama bersamadi ia akan berdoa, semoga Narayana mendapat isteri yang lebih cantik dan selalu selamat. Setelah selesai bersamadi ia bersedia untuk dimakan.
Jembawati bersamadi, Narasinga mendekatinya dalam rupa Narayana, lalu mencubit dan mencolek dagu Jembawati. Jembawati tidak menghiraukan, dirasanya Narasinga mencium hendak memakan dirinya. Para abdi tersenyum memandang adegan romantis itu. Jembawati membuka mata, tidak terlihat lagi harimau Narasinga. Yang dipandang hanyalah Narayana kekasih dan jantung hatinya. Mereka pun asyik berwawan asmara.
Raja Trisnancaya datang, Narayana telah berubah menjadi Narasinga. Jembawati duduk berpegang Narasinga seraya mengusap-usap leher harimau itu. Raja ini melihatnya lalu berkata bahwa dirinya kalah bagus, tidak dicintai oleh Jembawati. Narasinga berkata bahwa tidak lama lagi sang putri akan menyerah kepada raja, sanggup diperisterinya. Raja berkenan lalu pergi meninggalkan taman.
Arjuna dicintai oleh selir raja Trisnancaya. Ambarwati, adik raja pun juga jatuh cinta kepada Arjuna. Hal itu diketahui oleh sang raja. Ketika Arjuna bercumbu dengan Ambarwati, sang raja marah. Arjuna dilempar tombak, maka terjadilah perkelahian. Gempar di istana Sriwedari. Para panakawan membela keselamatan tuannya. Prajurit Sriwedari membantu perang. Narasinga mengambil kesempatan keluar dan menyerang prajurit Sriwedari. Prajurit Sriwedari lari tunggang langgang dan mencari persembunyian.
Narasinga kembali menjadi Narayana, kemudian bersama Jembawati, Arjuna dan Panakawan lari meninggalkan kerajaan Sriwedari, menuju ke pertapaan Gandamadana. Kedatangan Jembawati, Narayana dan Arjuna disambut oleh Resi Jembawan dan Trijatha.
Sang Hyang Narada datang bersama bidadari di pertapaan. Kedatangan mereka atas perintah Sang Hyang Jagadnata untuk mengawinkan Jembawati dengan Narayana. Resi Jembawan menyerah dengan kehendak Dewa. Perkawinan dan perjamuan mempelai dirayakan di Gandamadana. Setelah upacara Sang Hyang Narada dan para bidadari kembali ke kahyangan.
Raja Trisnancaya bersama prajurit berusaha menyerang Gandamadana dan merebut Jembawati. Tetapi Arjuna dan Kakrasana berhasil mengusir musuh kembali ke negaranya.
R.S. Subalidinata.
(sumber bacaan : Narayana Krama. Marwoto Panenggak Widodo. Penyebar semangat no. 6 tahun 1983). Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-14-perkawinan-narayana-dengan-jembawati/