Banjaran Cerita Pandhawa (13) Kelahiran Bima (2)

Bratasena dan Yudhisthira menghadap Kunthi ibunya (karaya Herjaka HS), gambar ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/banjaran-cerita-pandhawa-13-kelahiran-bima-2/

Banjaran Cerita Pandhawa (13) Kelahiran Bima (2)

Si bocah yang baru pecah dari bungkusnya merasa teraniaya hidupnya oleh Gajah Raksasa yang bernama Gajah Sena. Maka anak tersebut kemudian berusaha melawan Gajah Sena. Gajah Sena dibanting dan hancur, musnah dan menyatu dengan anak sakti itu, lalu diberi nama Bratasena. Oleh Narada, Premadi dan Bratasena disuruh kembali ke Ngastina.

Bathara Narada membawa bungkus bayi ke Banakeling, ditaruh di atas batu rata. Bungkus bayi diambil oleh raja Sempani, dan dicipta menjadi bayi. Selanjutnya bayi diberikan kepada Dewi Nandhi, isteri raja Sempani. Seketika payudara Dewi Nandhi keluar air susu untuk menyusui bayi itu. Maka bayi diberi nama Tirtanata. Bayi dimandikan dengan Banyu Gege. Seketika menjadi remaja. Tirtanata bertempat tinggal di Banakeling dan mendapat sebutan Jayadrata.

Kala Bantala telah menghadap raja Karentegnyana di kerajaan Tasikmadu. Surat lamaran diserahkan kepada raja. Raja menolak lamaran raja Batareta, Kala Bantala meninggalkan kerajaan Tasikmadu, dan mengancam kelak akan kembali untuk menyerangnya.

Patih Mandanasraya usul agar raja Tasikmadu minta bantuan kepada raja Ngastina. Raja mencari bantuan, Citrawarsita ditugaskan ke Ngastina.

Patih Kala Bantala melapor kepada raja Kala Dahana, bahwa lamarannya ditolak. Kala Dahana marah, lalu menyiapkan perajurit untuk menyerang negara Tasikmadu dan Ngastina.

Pandu menyambut kedatangannya para Korawa dan Arya Suman. Arya Suman berkata, bahwa kedatangannya disuruh Dhestharata untuk membantu memecahkan bayi nungkus. Tengah mereka berbincang-bincang Premadi dan Bratasena datang. Premadi bercerita tentang pecahnya Bungkus, yang sekarang isi bungkus itu telah ikut menghadap Pandhu. Pandhu merasa bahagia dan senang hati. Arya Suman dan Korawa kecewa, da iri melihat Bratasena yang gagah perkasa itu.

Citrawasesa datang, memberitahu tentang perajurit raksasa dari Bataretayang menyerang Tasikmadu. Pandhu diminta membantunya, lalu menawarkan kepada Bratasena. Bratasena menyanggupinya, lalu berangkat ke Tasikmadu bersama Citrawasita. Premadi minta diijinkan untuk membantu Bratasena. Mereka berangkat ke Tasikmadu, para Korawa minta ijin kembali ke Gajahoya.

Kala Dahana dan perajurit raksasa menyerang negara Tasikmadu. Bratasena dan Premadi menahan serangan musuh itu. Kala Dahana, Kala Bantala, Kala Maruta dan Kala Ranu mati terbunuh oleh Bratasena. Sukma mereka menyatu dengan Bratasena.

Premadi berhasil memusnahkan perajurit raksasa. Perang pun selesai, negara Tasikmadu aman dan damai. Raja Karentegnyana berjanji, kelak akan membantu Pandhawa bila terjadi perang besar.

Pesta kemenangan diadakan di negara Tasikmadu. Keluarga Ngastina diundang untuk ikut berpesta menyambut serta merayakan kemenangan Bratasena dalam memusnahkan musuh yang menyerang Tasikmadu.

R.S. Subalidinata