Banjaran Pandawa (6) Kitab Nawaruci dan Kitab Sudamala
Werkodara telah tiba di samodera, ia mengenakan aji Pangawasa. Menjadi gempar seisi dunia. Sang Hyang Nawaruci kasihan melihat Wrkodara. Wrkodara ditolong agar terlepas dari bahaya di lautan. Sang Hyang Nawaruci mencipta pulau Nusakambangan di tengah samodera. Buah-buahan dan pohon-pohonan diciptakan di pulau itu juga. Wrkodara makan buah-buahan. Pulau itu diperindah dengan berbagai tanaman telaga dengan ikannya. Sang Hyang Acintya mencipta bermacam-macam makanan, Wrkodara senang menikmati makanan itu. Si dalang dan Semar mengikutinya.
Sang Hyang Acintya bersanjak, menyambut kehadiran Wrkodara. Ia memberi tahu, supaya Wrkodara berhati-hati dan waspada, karena ia sedang dicari kematiannya. Wrkodara menghadap Nawruci dan berkata, bahwa ia disuruh mencari air suci. Nawaruci menyuruh agar Wrkodara mau berperang. Citrasena, Citranggada, Citraratha dan Gandharwa akan menemaninya. Nawaruci memberi ajaran hidup dan kehidupan.
Kemudian Wrkodara bertanya kepada Nawaruci tentang pencipta dunia, hakekat kesucian yang disebut sunya dan yang disebut Sang Hyang Guru. Wrkodara disuruh masuk ke rongga perut Nawaruci. Mula-mula ia melihat cahaya terang. Waktu menghadap ke Timur dilihat warna putih, waktu menghadap ke Selatan dilihat warna merah, waktu menghadap ke Barat dilihat warna kuning, waktu menghadap ke Utara dilihat warna hitam, waktu melihat ke atas dilihat warna belah.
Setelah menerima banyak penjelasan Wrkodara keluar dari rongga perut. Setelah itu Wrkodara mendapat sebutan Sang Awirota.
Selama menjelajah di Pulau Nusakambangan Wrkodara banyak berguru dan memperoleh banyak pengetahuan tentang religi dan kebudayaan. Kemudian Wrkodara kembali menemui saudara-saudaranya di Indraprastha. (Sumber Cerita : Nawaruci edisi Prijihoetomo)
Kitab Kidung Sudamala
Cerita Sudamala berisi cerita ruwatan yang melibatkan tokoh Pandawa, terutama Sadewa. Isi ringkas cerita itu sebagai berikut: Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Wisesa dan Sang Hyang Asiprana menghadap Sang Hyang Guru memberi tahu, bahwa Dewi Uma berbuat serong dengan Sang Hyang Brahma. Dewi Uma lalu dikutuk berubah menjadi Durga, dan diberi nama Ranini.
Uma minta dikembalikan ke wujud semula, tetapi Sang Hyang Guru menolak. Dikatakannya,setelah menjalani kutuk selama dua belas tahun Ranini akan diruwat oleh Sadewa. Uma pergi ke Setra Gandamayu. Salah satu abdi pengiringnya bernama Kalika.
Sementara itu Dewa Citragada dan Citrasena juga dikutuk oleh Sang Hyang Guru, karena berbuat tidak sopan terhadap Sang Hyang Guru. Dua dewa itu menjadi berujud raksasa, bernama Kalantaka dan Kalanjana. Mereka berdua kemudian disuruh menyusul untuk menemani Ranini di Setra Gandamayu. Oleh Ranini dua raksasa tersebut diangkat menjadi anak dan membantu Duryodana, raja Hastina.
Mengetahui bahwa Kalantaka dan Kalanjana berpihak pada Duryodana, Pandawa menjadi cemas, Kunthi naik ke Kahyangan, minta agar Kalantaka dan Kalanjana dimusnahkan.
Setelah dua belas tahun, Ranini mengharap kedatangan Sadewa yang dijanjikan akan meruwatnya. Kunti datang di Setra Gandamayu, minta agar Ranini mau memusnahkan Kalantaka dan Kalanjana. Ranini tidak bersedia, karena amat sayang kepada mereka berdua yang diangkatnya sebagai anaknya.
Ranini minta agar Kunti menyerahkan Sadewa, tetapi Kunti tidak bersedia menyerahkannya, karena Sadewa bukan anaknya. Sebagai ganti, Ranini boleh memilih diantara tiga anaknya yaitu: Dananjaya, Bima atau Darmawangsa. Tetapi Ranini tidak menyukai mereka, kecuali Sadewa.
Kalika disuruh membujuk Kunti. Mula-mula Kalika tidak mau, karena dipaksa akhirnya mau juga. Kunti disihir oleh Kalika, lalu menjadi setengah sakit ingatan Kunti kemudian lari menemui Ranini. Ranini mendesak agar Sadewa segera diserahkan. Kunti kembali menemui anak-anaknya, lalu bercerita tentang permintaan Ranini. Para Pandawa tidak setuju. Kunti marah, Sadewa diseret hendak dibawa ke Setra Gandamayu. Kalika merasa berhasil lalu keluar dari tubuh Kunti. Kunti menjadi sadar lalu minta maaf kepada Sadewa.
Sadewa tidak jadi dibawa di tempat Ranini. Durga marah. Kalika disuruh merasuki Kunti lagi, sehingga Kunti kembali goncang ingatannya. Sadewa dipaksa ikut pergi ke Setra Gandamayu. Sesampainya di Setra Gandamayu, Sadewa diikat pada pohon randu, dan ditunggu oleh Semar. Kalika jatuh cinta pada Sadewa dan membujuk Sadewa agar mau menerima cintanya. Namun Sadewa tidak mau menanggapi, dan lebih baik mati dari pada membalas cinta Kalika. Kalika marah, ditabuhnya tong-tong yang ada disekitarnya. Tak lama kemudian, hantu-hantu keluar bedatangan menakut-nakuti Sadewa. Namun Sadewa tidak takut, bahkan dari tubuhnya mengeluarkan daya kesaktian yang luar biasa. Semua hantu yang menggoda pergi meninggalkan Sadewa.
R.S. Subalidinata (Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/banjaran-pandawa-6-kitab-nawaruci-dan-kitab-sudamala/).