RADEN SETA


RADEN SETA
Raden Seta putra sulung Prabu Matswapati di Wirata. Seta berarti putih, memang Raden Seta berkulit putih.Seta seorang yang berani dan sakti. Pada waktu negerinya Pancalaretna mengadakan perlombaan adu kesaktian melawan Bambang Malangdewa, Raden Seta turut masuk ke gelanggang dan ia mengalahkan Malangdewa. Karena itu ia mendapat hadiah seorang putri raja bernama Dewi Kanekawati.Dalam perang Baratayudha, Seta diangkat sebagai panglima perang Pandawa. Mana musuh yang dekat padanya habis dibinasakan dan Raden Rukmarata, putra Prabu Salya mati dibunuhnya. Kemudian Seta mati dalam perang itu oleh Bisma. Kemarahan Raden Seta yang sangat ialah pada waktu perang Baratayudha setelah kematian kedua saudaranya itu ia maju ke gelanggang dengan kemarahan hingga dikarang dalam serat Baratayudha itu digambarkan dalam kata: Dyan Seta umangsah, krodanira dening patine ri kalih. Raden Seta menempuh dengan sangat marahnya, karena kematian dua saudaranya. Kata ini diucapkan oleh dalang pada waktu kemarahan kesatria akan maju berperang dengan lagu yang bersemangat.
BENTUK WAYANG
Raden Seta bermata kedondongan, hidung dan mulut serba lengkap, berkumis dan berjanggut, rambut kadal-menek, (bentuk seperti bengkarung memanjat), bersunting waderan, berkalung bulan sabit, bergelang dua susun, gelang yang bentuk empat-segi disebut gelang kana, berpontoh dan berkeroncong. Memakai kain kerajaan.
Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.
Gambar dan artikel diambil dari :wayangku.wordpress.com/2008/11/06/raden-seta/ -