BATIK PAJIMATAN/IMOGIRI
Kegiatan tradisi membatik sudah ditekuni oleh masyarakat Imogiri, sejak masa Kejayaan Kerajaan Mataram seputar abad 17. Nyi Djogo Pertiwi adalah perempuan yang setia membina perkembangan batik tulis tradisional di Dusun Pajimatan, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,
“Saya ini sejak kecil suka ikut ayah tirakat ke tempat-tempat ziarah. Dalam perjalanan siang dan malam saya selalu melihat daun-daun, rindang pohon berbagai warna dan macam. Saya suka dengan keindahan daun-daun itu”, kata ibu enam anak dengan nama kecil Salawatun ini. Keindahan alam itu nampaknya merasuk sekali dalam diri Nyi Djogo Pertiwi. Sampai pada suatu hari ketika dia pulang dari mengikuti ziarah ayahnya, tiba-tiba dia mencari bahan-bahan dan alat membatik. Tanpa banyak bicara Nyi Djogo Pertiwi muda waktu itu, langsung menari-menarikan canting, alat paling vital untuk melukis batik (berperan sebagai pena), di atas kain putih yang dibelinya. Gambar yang muncul adalah berbagai rangkaian daun-daunan yang indah. “Ibu saya sempat heran, melihat keajaiban yang saya lakukan”, tegasnya.
Namun untuk memperdalam keahlian yang datang mendadak itu, Nyi Djogo Pertiwi menjadi buruh membatik di Tjokro Soeharto Yogyakarta, yang waktu itu juga dikenal sebagai juragan batik terbesar di
Banyak karya batik yang di disain oleh Nyi Djogo Pertiwi. Karya-karya yang terkenal diantaranya adalah apa yang disebut dengan batik adiluhung, segaran, semen garuda, Irian dan masih banyak lagi disain yang ia ciptakan. Peristiwa menarik, ketika dia sedang membatik di depan rumahnya. Tiba-tiba datang beberapa orang warga Belanda yang langsung bertanya, “Kamu sedang membatik apa?” Pertanyaan itu dengan cepat dijawab oleh Nyi Djogo Pertiwi, batik ini namanya Irian. Peristiwa sekitar tahun 60an itu ternyata menjadi sejarah unik bagi kehidupan Nyi Jogo Pertiwi. “Saya tidak tahu kenapa saya menyebut Irian, yang jelas saya takut betul sama Belanda itu. Yang saya heran karya disain saya itu sampai sekarang dikenal dengan nama batik Irian”, katanya, sambil tertawa. Meskipun yang diucapkan oleh Nyi Djogo Pertiwi hanya spontan, tetapi dari karya batiknya itu terlihat adanya gambaran tentang kondisi Irian. Karya batik yang akhirnya menjadi bahan sarung itu, memang bergambar daun-daun lebar, yang menggambarkan kerindangan hutan di Irian Jaya yang konon disebut sebagai Papua itu.
Nama Djogo Pertiwi adalah nama suaminya, pemberian dari Keraton
Sumber:
Kesetiaan Seorang Pembatik Tradisi
Mengenang Kejayaan Mataram di Pajimatan
Dari www.desaingrafisindonesia.wordpress.com